Selamat Datang di chevyanjar_blog

"orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan"

Jumat, 21 Oktober 2011

TAHAPAN SEISMIK

   Ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam menerapkan metode seismic ini yaitu :
1.      Akuisisi Data
      Akuisisi data ini dimaksudkan untuk memetakan struktur geologi di bawah permukaan dengan menggunakan alat – alat geofisika. Untuk di darat alat yang digunakan untuk menangkap signal dari sumber getar disebut dengan geophone, sedangkan untuk di laut diberi nama hydrophone.
      Untuk memperoleh hasil pengukuran seismik yang baik, diperlukan pengetahuan tentang sistem perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter akan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada yaitu berupa kondisi geologi daerah survei. Teknik-teknik pengukuran seismik meliputi :
a.      Sistem Perekaman Seismik
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel time dari sumber energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada jenis sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator. Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi secara sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut adalah air Sumber energi vibrator merupakan sumber energi dengan durasi beberapa detik. Panjang sinyal input dapat bervariasi. Gelombang outputnya berupa gelombang sinusoidal. Seismik refleksi resolusi tinggi menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.
b.      Prosedur Operasional Seismik Laut
      Kapal operasional seismik dilengkapi dengan bahan peledak, instrumen perekaman serta hidropon, dan alat untuk penentuan posisi tempat dilakukannya survey seismik seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.


1.      Pengolahan Data
                  Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh gambaran yang mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi.
      Beberapa tahapan yang biasa dilalui didalam pengolahan data seismik:
a.       Edit  Geometri
Data sebelumnya di-demultiplex dan mungkin di-resampel kemudian di-sorting didalam CDP (common depth point) atau CMP (common mid point).
Informasi mengenai lokasi sumber dan penerima, jumlah penerima, jarak antara penerima dan jarak antara sumber di-entry didalam proses ini.
b.      Koreksi  Statik
Koreksi statik dilakukan untuk mengkoreksi waktu tempuh gelombang seismik yang ter-delay akibat lapisan lapuk atau kolom air laut yang dalam.
c.       Automatic Gain Control (AGC)
Kompensasi amplitudo gelombang seismik akibat adanya divergensi muka gelombang dan sifat attenuasi bumi.
d.      Dekonvolusi (Pre-Stack)
Dekonvolusi dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan meminimalisir efek multiple.
e.       Analisis Kecepatan (Velocity Analysis) dan Koreksi NMO
Analisis kecepatan melibatkan semblance, gather, dan kecepatan konstan stack. Informasi kecepatan dari velocity analysis digunakan untuk koreksi NMO (Normal Move Out)
f.       Pembobotan tras    (TraceWeighting)
Teknik ini dilakukan untuk meminimalisir multiple yang dilakukan dalam koridor CMP
sebelum stacking. Proses ini menguatkan perbedaan moveout antara gelombang refleksi dengan multiplenya sehingga dapat mengurangi kontribusi multiple dalam output stack.
g.      Stack
Penjumlahan tras-tras seismik dalam suatu CMP tertentu yang bertujuan untuk mengingkatkan rasio sinyal terhadap noise.
Nilai amplitudo pada waktu tertentu dijumlahkan kemudian dibagi dengan akar jumlah tras.
h.      Post-Stack  Deconvolution
Dekonvolusi mungkin dilakukan setelah stacing yang ditujukan untuk mengurangi efek ringing atau multipel yang tersisa.
i.        Migrasi(F-KMigration)
     Migrasi dilakukan untuk memindahkan energi difraksi ke titik asalnya. Atau lapisan yang sangat miring ke posisi aslinya. Mingrasi memerlukan informasi kecepatan yang mungkin memakai informasi kecepatan dari velocity analysis. Gambar dibawah menunjukkan karakter rekaman seismik sebelum dan sesudah migrasi.
j.         Data Output
 
                     Rekaman seismik di atas adalah courtesy USGS


1.      Interpretasi Data
                  Tujuan dari interpretasi seismik secara umum menurut ANDERSON & ATINUKE (1999) adalah untuk mentransformasikan profil seismik refleksi stack menjadi suatu struktur kontinu/model geologi secara lateral dari subsurface.
      Sedangkan, tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
a.       Pemetaan struktur – struktur geologi
b.      Analisis sekuen seimik
c.       Analisis fasies seismic.
      Tujuan interpretasi seismik khusus dalam eksplorasi minyak dan gas bumi adalah untuk menentukan tempat-tempat terakumulasinya (struktur cebakan-cebakan)minyak dan gas. Minyak dan gas akan terakumulasi pada suatu tempat jika memenuhi tiga syarat, yaitu: (1) Adanya Batuan sumber (source rock), adalah lapisan-lapisan batuan yang merupakan tempat terbentuknya minyak dan gas, (2) Batuan Reservoir yaitu batuan yang permeabel tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi setelah bermigrasi dari batuan sumber, (3) Batuan Penutup, adalah batuan yang impermeabel sehingga minyak yang sudah terakumulasi dalam batuan reservoir akan tetap tertahan di dalamnya dan tidak bermigrasi ke tempat yang lain.

 
METODE LOGGING

      Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur dengan menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi, pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur.
      Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu “sinyal” (gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log. Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti.
      Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa grafik log di atas kertas. LWD berguna untuk memberi informasi formasi (resistivitas, porositas, sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat pemboran.
  



Ilustrasi pengerjaan logging di darat.
(gambar dari slb.com)

 
      Dalam metode logging terdapat dua jenis analisa, yaitu :
1.      Analisa Cutting (Mudlog)
Mud logging adalah pekerjaan mengumpulkan, menganalisis dan merekam semua informasi dari partikel solid, cairan dan gas yang terbawa ke permukaan oleh lumpur pada saat pemboran. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui berbagai parameter pemboran dan formasi sumur yang sedang dibor.
2.      Analisa Core
Analisa core dilakukan untuk menyatakan sifat petrofisik sutau batuan, analisa ini dilakukan di laboratorium yang terdiri dari anlisa core rutin dan analisa core spesial. Yang termasuk dalam analisa core rutin adalah pengukuran porositas dan permiabilitas absolute, sedangkan analisa core special adalah pengukuran tekanan kapiler versus saturasi air.

  Metode logging ini juga dapat digunakan dalam analisa karakteristik log porositas secara kuantitatif. Metode yang diunakan adalah metoda M-N plot dan atau juga dengan metoda OLS.
      Tujuannya adalah untuk mendapatkan komposisi batuan (litologi) dan porositas dengan ketelitian atau kecenderungan yang memadai dibandingkan dengan porositas hasil analisa perconto dengan tanpa memandang arti fisik dari angka-angka tersebut. Konsep metoda H-N plot adalah dengan melakukan plot variasi respon log terhadap matriks formasi sehingga didapatkan jenis batuan pembentuk formasi. Dengan diketahui jenis batuannya tersebut, akan didapatkan perhitungan komposisi batuan dan porositas. Sedangkan metoda OLS proses untuk mendapatkan parameter matriks ditentukan dari data acak buatan. Hasil dari metoda M-N plot dapat diterapkan pada formasi lain jika komposisi batuan pembentuk formasinya adalah sama, sedangkan dengan metoda OLS dapat digunakan secara umum. Untuk mendapatkan komposisi batuan dan porositas tersebut, diperoleh melalui pemecahan ketiga sistem persamaan linier log porositas secara simultan dengan metoda eliminasi Gauss.
      Metode logging adalah metode geofisika yang sesungguhnya diadaptasikan dengan mengukur sifat-sifat fisik batuan dalam lubang bor. Beberapa pekerjaan yang menguji kedudukan teknis lubang bor :
1.      Pembelokan sumbu lubang bor
2.      Tingginya sementasi
3.      Dan juga dip lapisan dan titik terdapatnya kelimpahan air
4.      Semuanya dimasukkan dalam prosedur logging.
Prosedur logging membantu dalam penentuan kedalaman batuan yang ditemui dan juga ketebalannya. Tingkat karstifikasi dan joint limestone ditentukan dengan resistivity logging. Radiasi alamiah dan radiasi yang diinduksi dan resistivity logging digunakan untuk mempelajari lithology batuan.
     Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ini adalah permasa lahan sumur loging. Logging sumur (well logging) juga dikenal dengan borehole logging adalah cara untuk mendapatkan rekaman log yang detail mengenai formasi geologi yang terpenetrasi dalam lubang bor. Log dapat berupa pengamatan visual sampel yang diambil dari lubang bor (geological log), atau dalam pengukuran fisika yang dieroleh dari respon piranti instrumen yang di pasang didalam sumur (geohysical log). Well loging dapat digunakan dalam bidang eksplorasi minyak dan gas, groundwater, mineral, environmental and geotechnical.
      Dalam eksplorasi hidrokarbon dikenal Logging While Drilling. Logging While Drilling bila diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia berarti “Merekam Sambil Mengebor” . Sounds silly!. Apa yang direkam? Semua informasi yang bisa kita dapatkan tentang formasi tanah yang sedang dibor, yang bisa bermanfaat dalam mengevaluasi apakah ada hidrokarbon (minyak atau gas) di dalam lapisan tanah tersebut, dan apakah bisa diproduksi.
     Dalam metode logging, ada beberapa jenis log yang biasa digunakan, yaitu:
1.      Log gamma ray
Digunakan untuk mendeteksi partikel gamma yang dipancarkan formasi clay. Sehingga log gamma biasanya digunakan untuk mengukur besar kecilnya kandungan lempung formasi.
2.      Log resistivity
Mengukur sifat kelistrikan dalam hal ini resistivitas formasi dengan cara merambatkan arus ke dalamnya.
3.      Log Sonic
Pemanfaatan log sonik dalam mempelajari sifat reservoar dapat digunakan untuk mengetahui porositas batuan. Kemudian identifikasi litologi juga dapat dilakukan melalui crossplot antara log sonik dengan log densitas. Selain itu juga log sonik dapat digunakan untuk mengetahui indikasi fluida didalam lapisan batuan melalui meningkatnya waktu rambat gelombang akustik saat melewati fluida. Sehingga dapat dikatakan bahwa peranan log sonik sangat signifikan untuk interpretasi log sumuran maupun interpretasi seismik khususnya penentuan kecepatan gelombang akustik.


created by: Tri Dedi Gunawan,ST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar